Jumat, 09 Juli 2010

Dangdut ( I )


01.00 AM
Lagi seneng dengerin lagu dangdut.

Tadi juga
nyempetin ke 4shared.com buat cari-lagu dangdut lama. Dapet langsung puter. kebanyakan yang aku cari dangdut nostalgia 60an, 70 an hingga 80an. kalo yang tahun 90 kesini, dah gak suka, lantaran sudah terkontaminasi, atau kalo nggak udah di remix musiknya ( satu jenis karya yang paling ku benci , apalagi pake di house-in segala, bikin lagu itu kehilangan jiwanya). Sampai awal tahun 90'an, dangdut masih asik. Masih ada pelaku-pelaku perdangdutan jaman dahulu malang melintang bertahan dari gempuran seniman dangdut yang sok membawa mahzab modern, tapi justru jadi kampungan nuansanya. Syair sekenanya, musik yang penting berisik, dan - ini yg paling parah- biduannya yang pas-pasan vokalnya mengandalkan senjata goyang buat nutupin kekurangannya. So, jadilah musik dangdut bukan lagi seni, melainkan hiburan.

Dangdut adalah mendayu, dangdut adalah
kemayu dan dangdut adalah alunan suling bambu. Musik dan syairnya adalah ungkapan romantis kaum bawah. Kaum yang pas-pasan mengerti arti sastra kata, tapi berusaha untuk beromantis ria, agar masih layak dan lengkap sebagai manusia. Karena pada dasaranya semua manusia itu romantis, setidaknya punya sisi romantis.

hmmm, dapet satu lagi nih... selesai download!
Judul lagunya "tak sebening kaca" milik Leo Waldy.

Suatu ketika, aku pernah kerja di bilangan Kota Tua Jakut sebagai pengecat buldozer. Nah di suatu malam yang iseng, seorang operator buldozer yang habis gajian (
dan lama menetap di hutan sumatera) mengajakku jalan-jalan. Dia tak bilang mau pergi kemana, yang penting ikut. Nggak taunya ngajak ke lokalisasi pelacuran liar di daerah Bios di pinggir rel kereta. Sialan! sampai di sana, dia langsung berburu wanita pemuas nafsu sesaat, dan langsung menghilang diantara gubuk-gubuk sepanjang rel, meninggalkanku dengan 3 botol Anker bir di satu warung remang dadakan di tempat itu. Seorang wanita mendekatiku, mengajakku seperti apa yang dilakukan temanku, sumpah mati! aku ketakutan! Aku baru 20 tahun saat itu, masih polos ( wkwkw.... ) dan melihat wajah perempuan tersebut diantara keremangan lampu, mungkin usianya 30an dengan dandanan menor dan rambut dibiarkan terurai.
Oh,ya di tempat itu, sepanjang rel yang kumaksud , selain wanita-wanita yang menjadi suguhan utama bisnis malam, warung-warung remang berbangku panjang seadanya , ada juga barisan lapak judi koprok dan rolet yang laris di kerumuni pengemarnya. Setiap malam, ada aparat dari berbagai kesatuan melintas dan meminta pajak dari usaha hiburan maksiat rakyat kecil dadakan tersebut.


Tapi ternyata ada juga sesuatu yang special di situ, dan ini yang membuat aku betah menunggu teman
sialanku tadi. Di satu sudut dekat aku duduk, berdiri panggung selutut ala kadarnya dengan iringan musik pengamen gerobak keliling membawakan lagu-lagu dangdut dengan jenis lagu yang aku bahas tadi, ..mendayu, romantis. Lagu lagu semacam Bimbang,Gedung Tua, Berdarah Lagi ( Elvi S ) , Sedih Sekali,
Sendiri, Penantian, ( Mansyur S ) atau Deritaku, Gelandangan, Kegagalan Cinta ( Rhoma ) dibawakan sepenuh hati oleh penyanyi yang hebatnya, adalah wanita wanita malam di situ yang menunggu pelanggan ranjangnya. Mungkin karena itulah, lagu-lagu itu di nyanyikan mereka dengan segenap perasaan, ungkapan keseharian hidup yang pahit.

Merasa tak ada respon dari aku, akhirnya wanita stw itu hanya minta segelas bir dan mengambil sebatang rokok Djarum superku langsung menyalakan di sela bibirnya yang merah membara lipstiknya.

" makasih, ya mas "
dia bangkit dan pamitan
" iya, sama-sama ..."
aku menatap wajahnya
" terus terang, saya nggak punya duit , ....buat bayar bir sama rokok mas ini,...
saya mau nyanyi buat mas,.... dengerin ya"


Aku hanya tersenyum, karena aku kira dia tak serius.

Tapi aku lihat, dia berjalan mantap menuju panggung, pas ketika seorang penyanyi turun giliran.
Wanita-ku itu naik kepanggung dan langsung meraih mic - dan sepertinya para pengiring musik sudah tahu, lagu apa yang akan dinyanyikan wanita yang tadi mencoba merayu dan membujukku untuk sekedar mendapatkan recehan buat hidup nya esok hari.

Dahsyat! suara wanita penjaja tubuh itu bukanlah penyanyi suara asal-asalan. Dia bisa mengikuti tinggi rendah suara musik. Dia bernyanyi dengan sepenuh jiwa, walau sesekali menghisap sisa rokok dariku tadi.

"saat mana kusebut namamu,

kau yang pernah singgah di hatiku
saat mana kukenang wajahmu,

kau yang pernah menyentuh jiwaku


padamu yang aku dambakan, dalam hidup ini ..."


Wahai! kata-kata itu, dengarlah! ..bahkan dangdut pun punya syair seromantis itu. ......
( sekian tahun kemudian baru aku tahu judul lagunya ..
Ditelan Alam )

Hmmm, Depok dah larut!

tapi dangdutku belum berhenti, ..well, kita lanjutkan lain kali.
Sekarang, biarkan aku asik sebentar menggoyangkan benak.


" Saat mana kuterjaga mimpi
dalam bayang kau hadir kembali
saat mana kusendiri lagi
dalam malam yang sesunyi ini ..."

Termangu sendiri dengar syair itu , ..jadi keingetan yang enggak-enggak ...xixixixixi!


Salam Dangdut semua !



Tidak ada komentar:

Posting Komentar